Selamat Datang (Lagi) !

holaaaaaaaa semuaaa !! akhrinya setelah mendiamkan ini blog sampe ngga keurus ke bukti banyak sarang laba-laba, sarang semut, sarang tawon dan sarang kenangan mantan *ehh haha lupakan yang terakhir! akhirnya bisa nulis lagi. yeyy! but ini cuma stretching (bener ngga sih tulisannya? ahh bodo lah) doang sih maklum uda lama ngga ngeblog hahaha. ternyata uda dua tahun gw ninggalin ini blog *sedih* dan pas buka lagi ternyata kebanyakan gw cerita pacar gw yg sekarang uda jadi mantan dan gw juga uda ngga tau dia masih idup apa kagak hahaha sadis banget dah gw. butbutbut sekarang gw uda ngga sedih lagi, semuanya uda kelar, uda ilang daaaaaannnn sekarang gw jalani hidup gw yg baru dengan seseorang yang baru juga*cieee*. yup! sekarang gw uda punya pacar lagi setelah setaun menjomblo memilah-milah mana yang pas mana yang belom cocok mana yang ngga cocok tp tetep dicocok-cocokin mana yang uda nyaman tapi terpengaruh temen mana yang cuma jadi kakak-adekan doang mana yang pernah ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya dengan tiba-tiba ganti DP Bbm dengan cewek lain., semuaaaaanyaaaaa uda pernah gw rasain pokoknya uda komplit lah selama setaun ngejomblo itu daaaaaaaaaann akhirnya gw ketemu sama seseorang yang bener-bener baru banget gw kenal dan ketemu. entah kebetulan apa ngga sih tapi semua terjadi sangat singkat dari mulai ketemu, kenal,pdkt *tapi gw ngga ngrasa klo lagi dipdkt-in* dan akhirnya dengan penolakan sebanyak 3x selama dua bulan dan waktu penembakan keempat akhirnya gw terima dengan sebelumnya semedi di kos selama 3 hari 4 malam hahaha *kagak canda gw*.akhirnya gw nerima dia sebagai seorang yang spesial di hidup dan hati gw. kita  jadian tanggal 12 Juni 2015 jadi sekarang uda 13 bulan lebih beberapa hari *males ngitung* selama itu pula hubungan gw sama dia ngga selamanya mulus kek pahanya personil cherrybelle, hubungan gw sama dia itu kek jalan temanggung-sukorejo yang belom diperbaiki yang mungkin ketika ibu-ibu hamil lewat situ bakal nglahirin di situ karena bayinya ngga kuat karena ngga pegangan *mulai ngaco, back to topic* kenapahubungan gw ngga mulus karena gw yang terlalu kekanak-kanakan dan pacar gw yg masih merintis karir nya waktu bulan pertama kita pacaran, itu konflik pertama, yang kedua kita masih mentingin egomasing-masing, ketiga waktu, ya waktu emang ngebuat kita uring-uringan terus berujung berantem dan ngga lama kemuadian baikan lagi dan begitu terus diulang sampai pada akhirnya mungkin kita lelah dan berpikir ngga bisamempertahankan hubungan ini akhirnya kita 'break'. break ya cuy bukan ber*k hahaha oke balik lagi ke topic. kita break selama sebulan kita ngga ketemu selama sebulan,ngga komunikasi selama seminggu dan hingga pada akhirnya lebaran gw minta maaf ke dia dan dia juga minta maaf ke gw dan kita baikan yeyyy! padahal itu baru dua minggu wkwkwk tapi tetep komunikasi kita tetep jarang *sedih* karena hpnya uda minta ganti yang baru dandia lupa semua email dia yang buat ID semua aplikasi chatnya *gw tambah sedih* alhasil gw komunikasi lewat WA dan FB Messenger. akhirnya setelah sebulan ngga ketemu gw memutuskan buat back to Jogja buat ketemu sang pujaan hati sekaligus klarifikasi kalo kita uda baikan yaa meskipun ngga setiap hari ketemu karena dia punya kegiatan baru yaitu ngerawat love bird setelah dia pulang latian. ohhiya sampe lupa ngenalin pacar gw, namanya Anindya Satria Yanuardi, lahir 13 Januari 1994 orang Purworejo anak ke tiga dari tiga bersaudara lulusan Amikom Yogyakarta tahun 2014. dia itu atlet billiard Jogja cabor caroom, waktu porda di Kulon Progo dia naik podium juara 1 dan akhir tahun lalu dia lolos prapon daaaaannn insya allah besok september tanggal 18-29 dia ikut PON di Jawa Barat. gw bangga! meskipun harus ngerelain waktu yang harusnya buat gw dia pake buat latian*sedih*. kadang sedih juga kalo liat dia pulang latian sampe malem dan bilang "capek yang" berasa sebelku yang seharian karena chat gw ngga dibales luluh,luntur semua. ohhiya nanti gw selipin penampakan dia biar pada tau kalo diamilik gw dan dia jagoan gw dan jagoan keluarganya. i'm proud of you babe! :*
mungkin segini dulu deh ya buar ngga jenuh juga dari awal ceritanya cowok gw muluk haha, oke dehh bye and see ya ;) :*




Ini waktu Pra-PON tahun lalu di Cirebon
Ini waktu ramadhan tahun lalu di rumahnya


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Tanpa Judul :D

Haii aku Dyah Ainun Nafisah panjang ya nama ku ?? aku juga bingung kok kenapa namaku terdiri dari 3 kata dan yang paling aku bingungg lagi dari 3 kata itu aku cuma tau arti kata tengah ato kata kedua yaitu Ainun yang berarti Mata. oke gini aja biar lebih akrab panggil aja aku Inun ato Fizha biar gampang gitu :D ohh iya aku ini uda lulus SMK sekarang tinggal nunggu masuk kuliah doang nih. Aku sekarang uda punya pacar kita uda pacaran setaun lebih, lebih tepatnya lebih 4 hari :D iya kita jadian pas tgl 8 Juni 2013 lalu... setaun pacaran pasti tau sendiri lah gimana banyak banget halangan dan rintangan yang kita hadapi bahkan kita juga sempet putus walo cuma 3 hari tapi itu nyesek sekaligus sedih, terluka,gak tau harus berbuat apa yasudah aku terima saja. akhirnya ya kita balikan, ya mungkin kita memang butuh waktu buat diri kita sendiri karena selama itu kita memang bukan jadi diri kita sendiri tapi jadi diri pasangan kita, simpelnya sih dia di diri aku tarus aku di diri dia gitu, paham?? kagak ya?? yaudah -,- kalian semua jahat #nadaArielNoah
ohh iya aku gak punya kakak dan gak punya adek juga, ya aku anak tunggal... kalian pasti kalo denger anak tunggal pasti pikirannya selalu menjurus ke kata-kata berikut " manja, anak mami, semua keinginannya di turutin, pemalu" dan lain-lain yang pastinya yang menjorok ke yang "negatif". dan itu aku benerin semuanya, tapi gak semua anak tunggal itu seneng gara-gara semua keingiannya terpenuhi. terutama aku, aku gak pernah ngerasa bahagia jadi anak tunggal ya pasti taulah di satu sisi pengen punya banyak temen di sisi lain peraturan keluarga aku yang bikin aku gak betah tinggal di rumah... katanya suruh bersosialisasi sama orang sekitar tapi saat ada temen yang dateng mau maen ditanya layaknya buronan kelas kakap yang selama 10 tahun lebih gak ketangkap sama polisi. dan di sisi lainnya lagi aku pengen punya kakak dan orang tua yang tau akan kondisi anaknya, bukan hanya fokus sama pekerjaannya dan organisasi yang lainnya.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Tentang Sahabat


Cahaya mentari pagi menyinari sebuah kota kecil yang indah dan damai. Setiap pagi, udara selalu terasa sejuk. Terdapat satu pasar tradisional yang cukup besar. Setiap pagi, pasar tersebut selalu dipenuhi ibu-ibu yang berbelanja bahan pangan. Tak lama kemudian, jalan-jalan mulai sesak dipenuhi oleh kendaraan, baik yang beroda dua maupun yang beroda empat. Kota ini tidak memiliki terminal bus, sehingga kebanyakan warganya berangkat bekerja dengan menggunakan kendaraan roda dua. Ada juga yang menggunakan angkot. Anak-anak berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki atau bersepeda.


Kota ini hanya memiliki satu sekolah besar yang terdiri dari empat lantai. Lantai pertama untuk siswa SD, lantai kedua untuk siswa SMP dan lantai ketiga untuk siswa SMA. Sedangkan di lantai paling atas terdapat sebuah perpustakaan sekolah dan sebuah aula besar yang biasa digunakan untuk acara-acara sekolah. Sekolah tersebut bila dilihat dari atas berbentuk huruf U kotak yang menghadap ke utara. Di bagian tengah terdapat lapangan rumput besar yang sekaligus digunakan sebagai lapangan untuk upacara setiap hari senin. Sedangkan di sebelah selatan sekolah terdapat sebuah gudang yang berpagar cukup tinggi dan lahan parkir di sebelahnya.

Setiap kelas memiliki desain interior yang sama, yaitu dua puluh meja dan bangku untuk berdua yang berjajar menghadap papan tulis besar. Masing-masing meja memiliki laci untuk meletakkan buku dan sebagian besar sudah dicoret-coret oleh anak-anak menggunakan cairan penghapus pulpen. Di atas papan tulis terdapat patung garuda dan foto presiden dan wakil presiden di sebelah kanan dan kirinya. Meja guru terletak di sebelah pojok kelas dan terdapat kalender tahun 1997 di belakangnya. Jendela-jendela besar untuk ventilasi terletak di sisi kiri kelas bila dilihat dari meja murid.

Waktu hampir menunjukkan pukul tujuh pagi. Anak-anak mulai memadati kelas. Di lantai dua, terdapat banyak kelas untuk murid SMP kelas satu, dua, dan tiga. Beberapa anak datang lebih pagi untuk menyalin PR. Kebanyakan murid-murid perempuan berkumpul di pojok kelas untuk bergosip ria. Sedangkan para murid laki-laki bergurau dengan saling melempar kertas dan kapur tulis. Kemudian saat-saat yang tidak ditunggu telah tiba. Bel sekolah berbunyi dengan sangat nyaring, menandakan dimulainya pelajaran.

Tak lama kemudian, seorang guru tampan beralis tebal dan menjadi idaman murid-murid perempuan di sekolah masuk ke kelas 1 – C . Pak Tri namanya. Tidak heran ia menjadi idaman karena tekstur wajahnya yang hampir mirip dengan bintang film India. Pelajaran yang dia beri menjadi momok yang mengerikan selama dua jam pelajaran bagi para murid, murid laki-laki tentunya.

Kurang lebih lima belas menit kemudian, terdengar ketukan di pintu kelas. Terlihat seorang guru BP yang sudah agak tua dengan rambutnya yang memutih berdiri di sana. Ibu Heni namanya. Beliau adalah guru BP paling sabar di sekolah ini. Di sampingnya berdiri seorang anak laki-laki 12 tahun. Rambutnya hitam lurus dan wajahnya bersih. Tubuhnya sedikit kurus dengan seragam SMP putih biru yang baru dan rapi. Tas hitam selempang yang ia gunakan tampak sudah lama sekali dipakai, terlihat beberapa helai benang yang menggantung dari samping tas. Ia terlihat sangat tegang layaknya anak yang baru saja pertama kali masuk ke kelas.

Pak Tri segera menyambut Ibu Heni dan anak tersebut di depan pintu kelas. Setelah berbincang-bincang sejenak, Pak Tri mempersilakan anak tersebut masuk.

“Nah, anak-anak, kita kedatangan teman baru, namanya Andhika Wibowo. Ia dari luar kota dan baru saja pindah ke sekolah ini. Semoga kalian bisa cepat berkenalan dengan dia.”

Andhika sesekali menunduk ke bawah menghindari tatapan anak-anak di dalam kelas. Sifatnya memang pemalu dan juga introvert.

“Silakan pilih tempat duduk. Ada beberapa yang kosong.”

Andhika memilih tempat duduk kosong di paling belakang. Saat berjalan menuju ke belakang, banyak anak yang bisik-bisik mengomentarinya. Ada yang bisik-bisik dia cakep, ada yang bisik-bisik dia pendiam, ada yang bisik-bisik mengomentari tas dan sepatunya yang butut, dan juga ada yang bisik-bisik merencanakan sesuatu yang iseng untuk Andhika. Salah satunya adalah Gondo.

Sejak masih SD, Gondo sudah dikenal oleh guru dan teman-temannya sebagai murid paling nakal di sekolah. Ia memang pandai dalam berolahraga, terlihat dari tubuhnya yang tegap dan tinggi serta warna kulitnya yang sawo matang karena sering terbakar matahari. Rambutnya selalu ia potong cepak. Wajahnya menunjukkan wataknya yang keras dan berjiwa pemimpin. Ia sangat lemah dalam urusan pelajaran sekolah. Beruntung sekali, dua orang sahabat dekatnya, Yoga dan Fandi selalu setia membantunya sehingga nilainya masih cukup untuk membuatnya naik kelas.

Yoga sama tingginya dengan Gondo, tapi tubuhnya sangat kurus. Rambutnya hitam keriting, matanya sayu dan di wajahnya terlihat jelas lekuk pipinya yang kurus. Untuk urusan pelajaran, ia berkebalikan dengan Gondo. Nilai-nilainya selalu memuaskan dan Gondo selalu menyalin PRya ataupun menconteknya saat tes. Ia juga pandai berolahraga seperti badminton dan sepak bola. Sayangnya, ia kurang pandai mengekspresikan dirinya. Sahabat yang satu lagi, Fandy, bertubuh kecil dan sangat lincah. Ia selalu menjadi andalan Gondo saat bermain sepak bola, melewati pemain demi pemain di depannya dengan sangat mudah. Ia adalah anak yang periang dan suka bercanda. Tapi seringkali candaannya membuat Gondo marah. Melihat Gondo marah, Fandy tetap cuek saja, karena ia berpikir suatu saat kemarahannya pasti akan berlalu dan mereka akan berbaikan kembali.

“Hei Fan, menurutmu anak itu berasal dari mana ya? Kenapa bisa pindah di tengah-tengah catur wulan begini?”, bisik Gondo kepada Fandy yang duduk di sebelahnya.

“Mana aku tahu. Coba tanya saja langsung ke dia. Tapi tampaknya dia pendiam sekali.”, kata Fandy sambil menoleh ke arah Andhika.

“Mungkin di sekolahnya yang lama dia nakal sekali, jadi ia dihukum lalu dikeluarkan dan pindah ke sini.”, Gondo langsung mengambil kesimpulan.

“Ooo… mungkin juga. Seperti kamu yang sering dihukum.”, mendengar kata-kata Fandy, Gondo langsung menjitak kepalanya, “Ngawur kamu!”. Fandy mengusap-usap kepalanya meringis kesakitan. Walaupun pukulan Gondo ringan, tapi tenaganya cukup kuat baginya.

“Eh, biasanya anak baru harus selalu mengikuti ospek kan?”, kata Gondo disertai senyum licik. Fandy juga tersenyum dan langsung mengerti maksudnya.

“Jadi, apa rencanamu Gon?”.

Hari terasa sangat panjang. Matahari bersinar sangat terik saat sekolah membunyikan loncengnya, menandakan delapan jam pelajaran telah berlalu dan anak-anak diperbolehkan pulang. Andhika tidak langsung pulang, melainkan menuju ke ruang BP, dimana Ibu Heni telah menunggunya. Ia harus menyelesaikan urusan administrasi perpindahan sekolah dari sekolah lama ke sekolah baru.

“Nak, tadi saat pertama masuk kelas, tampaknya kamu sedikit tegang ya?”, tanya Ibu Heni dengan lembut. Andhika hanya mengangguk-anggukkan kepala saja.

“Tidak perlu tegang begitu nak. Di sekolah ini, anak-anaknya baik-baik kok. Kamu pasti cepat dapat teman baru. Guru-gurunya juga baik.”, senyum menghiasi wajah Ibu Heni, tapi tak membuat Andhika merasa terhibur.

“Kamu takut masalah ayahmu tersebar di sekolah ini nak?”

Andhika mengangguk pelan.

“Jangan khawatir, nak. Walaupun guru-guru dan anak-anak tahu akan hal itu, Ibu rasa mereka tidak akan mempermasalahkannya. Waktu ibumu memberitahukan masalah ini, Ibu juga biasa saja dan mau mengerti kok. Jadi, tenang saja ya.”, hibur Ibu Heni sambil mengusap kepala Andhika dengan lembut. Andhika tersenyum kecil mendengarnya.

Setelah selesai menyelesaikan masalah administrasi, mereka berdua segera pulang. Sekolah sangat sepi karena para guru dan murid sudah pulang lebih dulu dan hanya menyisakan beberapa petugas kebersihan dan satpam yang sedang nongkrong di warung depan sekolah. Andhika menyempatkan diri mampir terlebih dulu ke toilet. Toilet untuk pria ada di sebelah ujung timur sekolah. Sedangkan toilet wanita ada di arah berlawanan.

Saat menuju ke toilet dan melewati kelas 1-A, ia berhenti sebentar dan melihat satu orang anak laki-laki yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya, bersiap-siap untuk pulang. Wajahnya yang baby face memperlihatkan bahwa ia adalah anak yang periang. Postur tubuhnya hampir sama dengan Andhika, hanya saja tubuhnya sedikit lebih berisi dibandingkan dengan Andhika. Merasa dilihat oleh seseorang, anak tersebut menoleh ke arah Andhika. Andhika dengan cepat membuang muka dan bergegas menuju ke toilet.

Toilet pria sangat tidak terawat. Karena lampu rusak, toilet menjadi gelap dan hanya terdapat cahaya remang-remang yang berasal dari pintu masuk. Di dalamnya terbagi menjadi kamar-kamar kecil berpintu untuk buang air kecil. Karena sudah di ujung tanduk, Andhika pun memberanikan diri untuk masuk dan langsung menuju ke salah satu kamar kecil, walaupun jantungnya berdegup kencang karena takut kegelapan. Ia sengaja tidak menutup pintu kamar kecil tersebut supaya tidak gelap total.

Saat sedang buang air kecil, tiba-tiba pintu kamar kecil terbanting dan menutup dengan sendirinya! Andhika kaget dan secara spontan berbalik berusaha membuka pintu, tapi pintu tersebut tertahan dari luar. Pintu kamar kecil tersebut hanya bisa dibuka ke arah dalam, sedangkan dari luar kamar kecil, terdapat sapu yang gagangnya dikaitkan di pegangan pintu dan membuat pintu tertahan. Ia sempat mendengar tawa anak lelaki dan beberapa langkah sepatu berlari keluar dari toilet.

“HEI! Siapa di sana?! Buka pintunya!!”, Andhika berteriak marah sambil mendobrak-dobrak pintu. Suara langkah sepatu tersebut perlahan-lahan menghilang. Andhika masih tetap mendobrak-dobrak pintu, berusaha untuk keluar.

“Buka pintunya!! Kurang ajar!!”

Andhika terus mendobrak dan akhirnya kelelahan. Ia hanya bisa duduk dan menangis pelan. Pintu tertutup sehingga tidak ada seberkas cahaya pun masuk ke dalam kamar kecil. Andhika mulai takut dengan kegelapan total di dalam sana.

Saat kelihatannya sudah tidak ada harapan lagi, Andhika tiba-tiba mendengar suara sapu yang terjatuh di lantai. Pintu kemudian sedikit terbuka dengan suara pintu yang sudah berkarat. Andhika merasa heran karena tidak ada suara langkah sepatu sama sekali saat sapu terjatuh. Ia segera berdiri dan membuka pintu perlahan-lahan, mengintip dari balik pintu. Ia lihat ke kanan dan ke kiri, di dalam kegelapan dengan cahaya yang samar, sama sekali tidak ada tanda-tanda orang masuk ke toilet. Andhika langsung merinding, bulu kuduknya berdiri. Ia langsung mengambil langkah seribu keluar dari toilet.

Setelah keluar dari sekolah, ia segera pulang dengan berjalan kaki. Karena Jarak dari sekolah ke rumahnya tidak begitu jauh, ia lebih memilih jalan kaki sendirian. Lagipula, ia tidak bisa mengendarai sepeda. Dalam perjalanan pulang, ia melewati sebuah warung di depan sekolah yang di dalamnya terdapat Gondo, Yoga, dan Fandy sedang makan siang. Mereka duduk menghadap arah dalam warung sehingga tidak menyadari bahwa Andhika sudah lewat di belakang mereka.

“Eh, Gon. Menurutmu tidak apakah meninggalkan Andhika sendirian? Di dalam toilet kan gelap sekali.”, tanya Fandy khawatir memikirkan Andhika.

“Ah biarkan saja dia di sana. Sebagai latihan supaya dia terbiasa di sekolah ini. Terutama bau toiletnya. Hihihi…”, kata Gondo sambil terkekeh-kekeh. Yoga hanya diam saja.

“Tapi sudah tidak ada orang lagi di sana. Bagaimana kalau tidak ada yang masuk lagi ke sekolah dan menemukan dia? Nanti malah dia harus tinggal di sana hingga besok pagi.”

“Hmmm… iya juga ya. Ternyata otakmu bisa jalan juga ya Fan.”

“Tentu saja otaknya jalan, kan dia juga terkadang memberimu contekan saat tes”, sahut Yoga dengan suara datarnya. Mendengar kata-kata Yoga, Gondo langsung menjitak kepalanya. “Huh, diam kamu!”, Yoga hanya bisa meringis kesakitan.

“Ya udah, selesai makan kita langsung ke toilet membebaskan dia. Nanti setelah aku buka pintunya, kita harus langsung kabur ya, supaya tidak ketahuan kalau kitalah yang menahan pintu dengan sapu.”, kata Gondo memperingatkan Yoga dan Fandy. Setelah makan siang, Gondo dan Fandy segera menuju ke toilet, sedangkan Yoga pulang terlebih dulu karena ia harus mengikuti les matematika di rumah.
Langkah mereka terhenti saat mereka berada di depan pintu toilet. Mereka melihat pintu yang seharusnya tertahan malah terbuka dengan sapu yang terjatuh di depannya. Gondo dan Fandy terpaku sesaat, kemudian saling berpandangan. Suasana toilet yang gelap dan seram kemudian memberi mereka asumsi bahwa yang membuka pintu tersebut adalah… HANTU!! Mereka langsung lari terbirit-birit meninggalkan sekolah.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kalimat Terakhir


“Haii bro,ngapain aje lu kagak pernah nongol lagi di tongkrongan? “ Tanya Ryan ketika dia ketemu sama Riani di minimarket.
“Di rumah aje bro.hehehe “Dengan senyuman manis khasnya.
“Eh ajakin anak-anak main ke rumah gue dong kangen juga lama gak kumpul bareng mereka” kata Riani sambil menyenggol bahu Ryan.
“Elo nyuruh gue Ni? Elo berani bayar berapa buat ngabari mereka?? “ kata Ryan yang sok kecakepan
“Matre lu Yan, hahaha. Udah ntar gue ganti pulsanya deh yang penting pada ngumpul di rumah gue.” Balas Riani
“Okee bos cantik, hahaha. Tapi kapan??? “ Tanya Ryan penuh kebingungan
“Tanggal 17 ini aja, dari pada uda ga ada waktu lagi” kata Riani tersenyum dengan lesung pipinya

Itulah percakapan dua bulan yang lalu sebelum gue tau kalo Riani koma di rumah sakit karena sakit yang di deritanya. Hingga saat ini Riani belum sadar dari komanya. Sahabat Riani pun silih berganti menemani atau sekedar menjenguknya. Orang tua Riani terlihat sedih melihat anaknya yang pertama terbaring lemas dengan selang oksigen dan selang infus. Riani pingsan di rumah ketika mau mengambil air buat minum obatnya dan akhirnya dia dibawa ke rumah sakit. Riani di rawat di ICU Ira dan Vio lah yang sering menemani Riani, ketika malam Ira membacakan buku favorit Riani dan Vio menemani Ira sambil memutarkan lagu favorit Riani juga. Mereka melakukan itu agar Riani tidak merasakan kesepian. Selain itu mereka juga gak lupa berdo’a kepada Tuhan Yang Maha kuasa untuk kesembuhan Riani.

Suara langkah kaki dari kejauhan terdengar makin mendekat ke ruang di mana Riani di rawat. Pintu ruang rawat pun terbuka kemudian seorang laki-laki berjas putih dan seorang perempuan berpakaian serba putih masuk sambil memberikan senyum kepada Ira dan Vio saat itu. Dia  adalah dokter yang menangani penyakitnya Riani. Dengan sangat telaten dan hati-hati Riani diperiksa oleh dokter. Setelah selesai dokter dan perawat pun keluar, dokter pun memanggil orang tua Riani untuk memberitahukan hasil periksanya tadi. Orang tua riani mengikuti dokter menuju ruangannya.

“Silahkan duduk Pak, bu” kata dokter mempersilahkan
“Bagaimana dok keadaan anak saya riani? “ Tanya Mamanya Riani khawatir
“Iya dok bagaimana keadaan anak saya? “ Papa Riani pun ikut bertanya kepada dokter
“Begini pak, bu keadaan Riani semakin hari semakin menurun dan penyakitnya pun sudah menyebar ke bagian tubuh lain. Tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin sampai Riani sadar dari komanya.” Kata dokter tegas
“Tadi saya juga suntikkan obat di infusnya agar bisa masuk ke dalam tubuh Riani” imbuhnya
“Tolong dok, tolong anak saya. Tolong sembuhin anak saya dok” kata Mamanya Riani sambil menangis
“Iya dok tolong anak saya, saya tidak mau kehilangan anak saya ini dok. Saya mohon” imbuh Papanya Riani
“Iya pak, bu saya akan berusaha sekeras mungkin untuk kesembuhan Riani” kata dokter meyakinkan.
“yasudah dok kami keluar dulu. Terima kasih dok” kata Papa Riani sambil menjabat tangan dokter Mama Riani pun begitu kemudian mereka keluar dari ruangan dokter.

Dari kejauhan tampak orang tua Riani berjalan lemas ke ruangan Riani. Setibanya di depan ruang rawat Riani mereka masuk, Ira dan Vio pun keluar duduk di depan ruang rawat Riani bareng gue. Cuma gue yang jarang masuk ke dalem di banding sobat-sobat gue. Gue gak tega liat Riani begitu di ruang ICU jadi gue cuma nunggu di luar aja. Riani anak pertama dia punya adek namanya Rinta dia kelas satu SMP. Rinta lah yang sering menemani gue di luar ruang rawat Riani. Hari ini gue mau bawain bunga buat Riani, gue mau nemenin Riani sehari ini. Gak tau kenapa gue pengen nemenin Riani, pengen banget malah.

“Hai Ni,  sorry ya gue jarang neneminin lo di sini” sapa Ryan saat masuk ke ruang rawat Riani
“Gue bawain bunga buat elo Ni, elo cepet sadar ya Ni. Temen-temen kangen sama elo.”
“Besok tanggal 17 temen-temen bakal dateng jengukin elo. Elo gak lupa kan sama permintaan elo waktu itu?
“Elo gak usah ganti pulsa gue, gue cuma mau elo sembuh dan kayak dulu lagi Ni” kata Ryan sambil megang tangan Riani.

Riani pun masih tetap tidak memperlihatkan tanda-tanda kalau dia akan sadar. Pandangan gue tetep gak bisa lepas dari Riani yang terbaring lemah di tempat tidur. Gue memutuskan buat ke masjid yang ada di rumah sakit buat sholat ashar sambil berdo’a buat kesembuhan Riani. Orang tua Riani dateng saat gue ke masjid. Rinta gak ikut orang tuanya karena masih ikut eskul di sekolahannya, jadi dia nyusul ke rumah sakitnya.

Tanggal 17 pun tiba temen-temen riani pada dateng di rumah sakit buat jenguk Riani tapi Riani tetep gak ngasih tanda-tanda kalo dia mau siuman. Dia masih terbaring lemas dengan bantuan selang oksigen yang ada di hidungnya untuk membantu Riani bernafas. Mereka kasihan melihat Riani yang sehari-harinya ceria, jail,baik hati,perhatian sama sahabat-sahabatnya yang sekarang harus melawan penyakitnya yang ada di tubuhnya.

Teman-teman Riani pun mulai keluar satu persatu, Ryan juga ikut mereka tapi Ira sama Vio masih tetep diruangan menemani Riani. Mereka berdua gak mau Riani merasa kesepian diruangan ini, mereka berdua membacakan Riani surat-surat di Al Qur’an agar Riani tenang dan bisa melawan penyakitnya. Sekitar 30 menit mereka berdua membaca Al Qur’an Riani mulai menunjukkan dia mau siuman dari komanya.

“Ma… Pa… “ kata Riani setelah siuman dari komanya dengan ucapan terbata-bata
“Tante,Om Riani udah sadar tan,om Riani sadar” kata Ira senang saat memanggil orang tua Riani
Ryan yang juga di situ langsung memanggil dokter dan ikut masuk ke dalam ruangan Riani.
“Nak,,, Alhamdulillah kamu udah sadar, kami semua rindu sama kamu, kami semua khawatir sama keadaan kamu Nak.” Kata Mama Riani sambil mencium kening anak sulungnya yang dibalas dengan senyuman manisnya.
“Alhamdulillah kamu udah sadar Ni, gue kangen banget sama loe Ni” Ryan berkata dalam hati
“Alhamdulillah Ni, kami kangen sama elo” kata Ira disusul dengan anggukan Vio

Tak lama dokter datang untuk memeriksa kondisi Riani saat ini. Dokter pun tersenyum melihat Riani yang baru sadar. Setelah memeriksa dokterpun pergi meninggalkan ruangan Riani.

“Mama,Papa,Rinta,Ira,Vio,Ryan…” kata Riani yang masih tetep terbata-bata
“Iya Riani” jawab mereka hampir bersamaan
“Makasih uda mau ngerawat Riani selama riani di sini,makasih udah mau bacain Al-Qur’an buat Riani, makasih uda berdo’a buat kesembuhan Riani. Riani gak bisa bales semuanya,mulai ini Riani gak akan ngerepotin kalian lagi. Sekali lagi makasih semuanya Riani sayang kalian”

Tttttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttt………..
Bunyi suara dari monitor yang ada didekat Riani memperlihatkan garis lurus tak berhenti. Ya, Riani ninggalin kita semua pergi untuk selamanya.

“Riani,,, bangun sayang kamu gak boleh ninggalin Mama bangun sayang bangun” teriak Mama Riani sambil menggoyang-goyangkan tubuh Riani. Tangis Mama Riani pecah melihat anak sulungnya harus pergi mendahuluinya.

Semua orang yang ada di ruangan itupun menangis melihat Riani pergi secepat itu. Belum percaya kalo Riani harus pergi menghadap Sang Khaliq karena tidak sanggup melawan penyakit yang bersarang ditubuh Riani.

Keesokan harinya Riani dimakamkan dipemakaman yang ada di sekitar kompleks rumah Riani. Dirumah Riani masih banyak kerabat,teman dan tetangga yang melayat. Mama Riani hanya di rumah beliau tidak diperbolehkan ikut kepemakaman oleh Papa Riani dengan alasan tertentu.

Seminggu sudah Riani meninggal,dan sekarang Mamanya sudah bisa menerima tapi terkadang masih mengingatnya. Keluarga Riani tidak pernah memberitahuku penyakit yang di derita Riani, hingga akhirnya aku memberanikan bertanya kepada Mamanya Riani bahwa Riani mengidap kanker otak stadium akhir. Kaget sekaligus gak nyangka kalo cewek sebaik dia mengidap penyakit mematikan tersebut. Aku hanya bisa terdiam, menangis dan berdo’a agar elo mendapat tempat yang layak di sisi-Nya.

“Ni, makasih ya lo udah hadir di hidup gue selama ini. Gue sayang sama elo Ni”. Kata Ryan sambil mencium nisan Riani dan menaburkan bunga di makam Riani.
“Gue sayang sama elo Ni” kata Ryan lagi sebelum dia pergi meninggalkan makam Riani sore itu.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS